Fokus dan Filosofi yang Mendasari Evolusi Web Masa kini dan Masa depan

25 Januari 2019 Posted by
Fokus dan Filosofi yang Mendasari Evolusi Web Masa kini dan Masa depan
Para pakar telah memberi nama untuk versi dari teknologi web yang berbeda, tergantung pada fokus dan filosofi yang mendasari perkembangannya.

Dari waktu ke waktu, teknologi web telah berkembang untuk memberikan kemampuan kepada pengembang web untuk menciptakan generasi pengalaman web baru yang lebih mendalam dan bermanfaat. Web yang ada saat ini adalah hasil usaha yang berkelanjutan dari komunitas web terbuka yang membantu mendefinisikan teknologi web ini, seperti HTML5, CSS3, dan WebGL dan memastikan bahwa semua itu didukung di seluruh browser web. 

Karena kemajuan ini, para ahli telah memberi nama untuk versi yang berbeda tergantung pada fokus dan filosofi yang mendasari perkembangannya. Hingga saat ini, belum ada kesepakatan tentang apa yang cocok untuk penamaan pada era sekarang ini. Secara umum beberapa pendapat mengatakan bahwa kita sedang menajalani fase 2.0 dari Web, meskipun beberapa ahli mengatakan bahwa kita sedang memasuki fase 3.0 dan yang lain bahkan lebih jauh dengan mengatakan kita hidup dalam fase Web 4.0.

Ciri ciri antara versi web 1.0 sampai 3.0 tidak mendapatkan kata sepakat antar para ahli. Namun demikian, kita bisa mengetahui tanda-tandanya. Berikut ini adalah pola dari masing masing versi web menurut bebeberapa sumber: 


1. Web 1.0 Web Statis

Web 1.0 adalah generasi pertama dari layanan internet berbasis web, pada fase ini fungsionalitas Web didasarkan pada sistem di mana webmaster dan pencipta konten (perusahaan, umumnya) membuat halaman web dan menambahkan konten, yang kemudian dapat ditampilkan pengguna dalam bentuk statis. Web 1.0, yang terbatas dalam hal fungsionalitas dibandingkan dengan versi yang lebih baru, perusahaan dibatasi hanya menerbitkan informasi tentang diri mereka dan produk mereka untuk tujuan penjualan online tanpa interaksi dengan pelanggan. 

Pola dari fase ini umumnya bersifat statis yang jarang berubah atau samasekali tidak berubah,  teknologi yang dipakai adalah teknologi tertutup, komunikasi antar pengguna tidak terbuka serta informasi yang dikandung hanya berupa informasi text dan gambar. 
 

2. Web 2.0 Web Sosial 

Web 2.0 diklaim oleh Dale Dougherty dari O’Relly Media sebagai fase baru dari Web pada tahun 2005. Fase ini dapat dilihat sebagai pembaruan atau versi Internet kedua di mana pengguna secara aktif berpartisipasi dalam pengembangan dan perluasannya dengan mengunggah konten, perbedaan utama dari Web 1.0. Aspek dasarnya adalah kolaborasi dan interaksi antara pengguna, elemen penentu yang membuat web menjadi apa yang dikenal sebagai Web Sosial. Partisipasi dan kolaborasi ini diwujudkan dalam bentuk komunitas virtual, jejaring sosial virtual, agregator web, dll. Web 2.0 mewakili perubahan paradigma, perubahan dari distribusi produk ke distribusi layanan, yang pada gilirannya dapat digunakan dan dikombinasikan dengan layanan lain. 

Pola dari fase ini bersifat dinamis dan interaktif dengan adanya teknologi AJAX, pegguna bukan hanya sebagai konsumen tetapi juga sebagai produsen informasi dalam istilah populer adalah user generated content (contoh youtube atau wikipedia). Berbeda dengan pendahulunya, web pada fase ini sebagai media berkomunikasi dan berkolaborasi, jejaring sosial mendominasi di era ini serta informasi yang dikandungnya terdiri dari text, gambar, audio, video dan animasi. 


3. Web 3.0 - Web Semantik

Gagasan Web Semantik diajukan oleh Tim Berners-Lee, dia mencoba memasukkan informasi semantik dalam data yang terkandung dalam Web sejak awal, namun, cita-cita tersebut harus diurungkan karena keterbatasan teknologi. Berners-Lee percaya bahwa Web Semantik akan membuat informasi dapat dipahami tidak hanya untuk manusia tetapi juga untuk sistem cerdas. Sejak munculnya Web Semantik, banyak aplikasi berbasis web telah dirilis yang sebelumnya tidak terbayangkan, mulai dari mesin pencari semantik hingga sistem cerdas. Dengan cara ini, Web Semantik menambahkan metadata semantik dan data berbasis ontologi ke Web, sehingga memungkinkan informasi secara otomatis dipahami dan dievaluasi oleh mesin pengolah. 

Mesin-mesin saling berkomunikasi satu sama lain, membuat Web menjadi perpustakaan besar yang cerdas di mana pengguna dapat memprogram perilaku aliran data yang berbeda. Web semantik akan memiliki informasi yang dimengerti oleh mesin, yang memiliki kecerdasan buatan hingga mampu menemukan dan mengintegrasikan informasi dengan mudah. Dengan demikian fungsi web menjadi wadah universal bagi pertukaran data, informasi, dan pengetahuan, yang dapat menghasilkan kecerdasan buatan yang dapat mengerti keinginan, di mana web semantik dapat diinstruksikan untuk mengambil informasi sesuai kriteria tertentu. 

Kombinasi mesin dan kecerdasan manusia yang dihadirkan oleh Web Semantik membuat informasi lebih kaya, lebih relevan, tepat waktu, dan dapat diakses dengan menggunakan bahasa manusia, jaringan berfikir, algoritma genetika, dll. Dengan cara ini, Web 3.0 difokuskan pada analisis, pemrosesan informasi dan konversi selanjutnya menjadi sebuah ide dan solusi. 

Pola dari fase ini dikembangkannya sistem cerdas yang tertanam seperti Knowledge graph, yaitu basis pengetahuan yang digunakan oleh Google dan layanannya untuk meningkatkan hasil mesin pencari dengan informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Implementasi Artificial Intelegence lebih memungkinkan web untuk kustomisasi dan personalisasi, serta integrasi web ke dalam perangkat seluler dan kemampuan untuk terhubung dengan jaringan. 
 

4. Web 4.0 - Web Masa Depan 

Evolusi web, sejak penciptaannya, telah berkembang secara organik, mirip dengan bagaimana evolusi mahluk hidup. Perkembangan web sendiri tidak terbatas, karena perubahan pada komponen kuncinya tanpa mengikuti model atau desain yang baku. Akhirnya, para pakar mulai memprediksi apa yang akan menjadi masa depan teknologi Web 4.0. 

Berkat menjamurnya komunikasi nirkabel, koneksi antara manusia dan benda tidak lagi memiliki keterbatasan, memungkinkan integrasi waktu secara realtime, mencapai tingkat konten baru dan memungkinkan peningkatan hasil pada proses analisis. Saat ini, meskipun web mendapat reaksi langsung dari penggunanya, akan tetapi tidak terpengaruh oleh reaksi emosional penggunanya. Namun, teknologi sedang dikembangkan untuk memungkinkan efek Web pada pengguna, diukur sedemikian rupa sehingga dapat membaca emosi mereka (misalnya, melalui frasa yang mereka tulis atau dari ekspresi wajah mereka), memungkinkan personalisasi yang lebih jitu dari setiap pengguna Web.

Artikel Terkait