Kecerdasan Buatan: Membedah Mitos dan Faktanya

15 Agustus 2024 Posted by
Kecerdasan Buatan: Membedah Mitos dan Faktanya
Apa yang kita harapkan dari Kecerdasan Buatan atau Artificial intelligence (AI) sangat tergantung pada definisi yang kita pegang tentang AI itu sendiri, teknologi yang kita gunakan, dan tujuan yang ingin kita capai. Karena hal ini, pandangan setiap orang tentang AI bisa sangat berbeda. Penting untuk dipahami bahwa AI sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan kecerdasan manusia.

Cita-cita manusia untuk menciptakan Kecerdasan Buatan atau Artificial intelligence (AI) sering kali menghadapi banyak hambatan dalam perkembangannya. Salah satu penyebab utama adalah ketidakpahaman masyarakat tentang apa itu AI dan kemampuan yang bisa dicapainya. Banyak orang terpengaruh oleh gambaran yang tidak realistis dari AI yang disajikan dalam film, acara TV, dan buku. Sebagian besar media cenderung menggambarkan AI seolah-olah memiliki kemampuan yang sangat canggih, yang pada kenyataannya, jauh dari realita. Selain itu, manusia sering memberikan sifat-sifat manusia kepada teknologi, sehingga membuat AI terlihat seolah-olah bisa melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak mungkin dicapai. 

Apa yang kita harapkan dari AI sangat tergantung pada definisi yang kita pegang tentang AI itu sendiri, teknologi yang kita gunakan, dan tujuan yang ingin kita capai. Karena hal ini, pandangan setiap orang tentang AI bisa sangat berbeda. Penting untuk dipahami bahwa AI sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan kecerdasan manusia. Beberapa jenis AI memang dirancang untuk meniru kecerdasan manusia, namun hal ini hanya merupakan simulasi. Dalam konteks AI, terdapat beberapa proses yang melibatkan pencapaian tujuan, pemrosesan data, dan pengumpulan informasi untuk memahami tujuan tersebut. AI menggunakan algoritma untuk menghasilkan output yang mungkin tidak sama dengan tujuan atau metode manusia dalam mencapainya. Oleh karena itu, AI bisa dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. 

Salah satu kategori AI adalah komputer yang berperilaku seperti manusia. Ini terkait dengan Turing Test, di mana sebuah komputer dianggap berhasil jika tidak dapat dibedakan dari manusia. Media sering kali menggambarkan AI dengan cara ini. Untuk lulus Turing Test, teknologi seperti pemrosesan bahasa alami, representasi pengetahuan, penalaran otomatis, dan pembelajaran mesin harus ada. Namun, pendekatan modern lebih fokus pada pencapaian tujuan, bukan hanya meniru manusia sepenuhnya. Misalnya, Wright Bersaudara menciptakan pesawat dengan mengambil inspirasi dari cara burung terbang, bukan dengan meniru burung itu sendiri. Tujuannya adalah terbang, dan baik burung maupun manusia mencapainya dengan cara yang berbeda. 

Berpikir seperti manusia adalah kategori lain dari AI, di mana komputer melakukan tugas yang membutuhkan kecerdasan manusia. Untuk menentukan apakah program dapat berpikir seperti manusia, kita perlu memahami bagaimana cara berpikir manusia. Pendekatan ini melibatkan tiga teknik utama: introspeksi, tes psikologis, dan pemindaian otak. Introspeksi merupakan pengamatan cara berpikir kita sendiri, sementara tes psikologis mencatat perilaku dalam kondisi yang sama. Pemindaian otak, di sisi lain, memungkinkan kita untuk memantau aktivitas otak secara langsung. Setelah model ini dibuat, program bisa dirancang untuk menirunya. Namun, karena proses berpikir manusia sangat beragam, hasilnya sering kali bersifat eksperimental. 

Selanjutnya, berpikir rasional melibatkan pembelajaran tentang cara manusia berpikir dengan aturan tertentu. Hal ini bertujuan untuk menciptakan pedoman yang menunjukkan perilaku manusia dalam situasi tertentu. Seseorang dianggap rasional jika mengikuti pedoman tersebut dengan sedikit penyimpangan. Komputer yang berpikir rasional akan menggunakan data dan perilaku yang sudah tercatat untuk memandu interaksinya dengan lingkungan. Pendekatan ini berfokus pada penyelesaian masalah secara logis dan sering kali menghasilkan teknik dasar yang kemudian dapat dimodifikasi untuk situasi nyata. 

Tindakan rasional merupakan langkah selanjutnya, di mana kita mempelajari bagaimana manusia bertindak dalam situasi tertentu dengan batasan yang ada. Dengan demikian, kita dapat menentukan teknik yang paling efisien dan efektif. Komputer yang bertindak rasional akan memanfaatkan catatan tindakan untuk berinteraksi dengan lingkungan berdasarkan data yang tersedia. Pendekatan ini mirip dengan berpikir rasional, tetapi hasil tindakan tersebut mungkin tidak selalu cocok dengan kenyataan. Meskipun demikian, tindakan rasional memberikan dasar bagi komputer untuk memulai dan menyelesaikan suatu tujuan. 

Meskipun AI saat ini masih jauh dari mampu meniru kecerdasan manusia, hasrat untuk menciptakan mesin cerdas telah ada sejak lama. Banyak orang berharap dapat memiliki sesuatu yang dapat diajak berkomunikasi tanpa masalah yang sering muncul saat berinteraksi dengan manusia lain. Tentu saja, kita tidak dapat menjelaskan seluruh sejarah manusia, tetapi kita dapat memberikan ringkasan singkat tentang usaha-usaha AI modern yang telah dilakukan selama ini. 

Sejarah AI dimulai dengan logika simbolik di Dartmouth. Komputer pertama kali berfungsi sebagai alat hitung yang meniru kemampuan manusia dalam memanipulasi simbol dan melakukan tugas matematika dasar. Seiring berjalannya waktu, penalaran logis ditambahkan untuk memungkinkan perhitungan matematis yang lebih kompleks. Pada tahun 1956, sekelompok ilmuwan berkumpul di Dartmouth College dan mengklaim bahwa mesin yang dapat berpikir seefektif manusia akan muncul dalam waktu dekat. Namun, prediksi ini ternyata tidak akurat, dan hingga kini kita baru mulai melihat mesin yang mampu melakukan penalaran matematis seefektif manusia. 

Meskipun perangkat keras komputer menjadi lebih canggih, tantangan utama dalam mengembangkan AI masih panjang. Perangkat keras penting, tetapi tanpa pemahaman yang mendalam tentang proses yang ingin disimulasikan, AI tidak akan bisa berkembang dengan optimal. Sekarang, karena perangkat keras telah cukup kuat untuk mendukung banyak perhitungan yang diperlukan, AI mulai menunjukkan efektivitasnya, tetapi masih ada banyak tantangan yang harus diatasi untuk mencapai kecerdasan yang mendekati manusia. 
 

Artikel Terkait